4 Makam kramat di Banten yang sering dibanjiri warga
Merdeka.com - Banten merupakan salah satu provinsi yang terkenal dengan wisata religinya. Sebab, di sana banyak tempat-tempat ziarah yang sering didatangi oleh warga.
Pada moment tertentu ribuan warga dari pelosok tanah air berdatangan untuk wisata religi atau pun sekadar mengunjungi peninggalan sejarah para ulama Banten.
Makam-makam ulama Banten yang dianggap kramat salah satu menjadi daya tarik pengunjung. Selain itu, lokasi yang unik juga menambah keseruan saat akan menginjakkan kaki di tanah santri tersebut.
Dari sekian banyak makam, ada beberapa yang sudah menjadi 'kewajiban' pengunjung ketika mendatangi Banten. Berikut empat makam di Banten yang sering dibanjiri pengunjung:
Gunung Santri makam Syekh Muhammad Sholeh
Gunung santri merupakan salah satu bukit dan nama kampung yang
ada di Desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Di
puncak gunungnya terdapat makam Syekh Muhammad Sholeh.
Syekh
Muhammad Sholeh adalah Santri dari Sunan Ampel, setelah menimba ilmu
beliau menemui Sultan Syarif Hidayatullah atau lebih di kenal dengan
gelar Sunan Gunung Jati (ayahanda dari Sultan Hasanudin) pada masa itu
penguasa Cirebon.
Syekh Muhamad Sholeh bisa menyerupai bentuk
ayam jago seperti halnya ayam jago biasa. Hal ini terjadi karena
kekuasaan Allah SWT. Karena cerita tersebut banyak warga yang datang
untuk melihat langsung makam Syekh Muhamad Sholeh yang bisa menyerupai
ayam jago itu.
Beliau Wafat pada usia 76 Tahun dan beliau berpesan kepada santrinya jika dia wafat untuk dimakamkan di Gunung Santri.
Jarak
tempuh dari kaki bukit menuju puncak bejarak 500 M hanya bisa dilalui
dengan berjalan kaki. Jalan menuju makam Waliyullah tersebut mencapai
kemiringan 70-75 Derajat sehingga membutuhkan stamina yang prima untuk
mencapai tujuan jika akan berziarah.
Cikadueun makam Syekh Maulana Mansyuruddin
Salah satu tempat ziarah yang sering dikunjungi warga berada di
daerah Cikadueun, Pandeglang Banten. Di sana terdapat salah satu makam
wali yakni Syekh Maulana Mansyuruddin.
Syekh Maulana Mansyuruddin
dikenal dengan nama Sultan Haji, beliau adalah putra Sultan Agung Abdul
Fatah Tirtayasa (raja Banten ke 6). Yang menarik dari cerita Syekh
Maulana Mansyuruddin ketika pada suatu hari Syekh Maulana Mansyur
menyebarkan syariah agama Islam di daerah selatan ke pesisir laut.
Di dalam perjalanannya di tengah hutan Pakuwon Mantiung Sultan
Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon waru sambil bersandar,
tiba-tiba pohon tersebut menjongkok seperti seorang manusia yang
menghormati, maka sampai saat ini pohon waru itu tidak ada yang lurus.
Setelah
sekian lama menyiarkan Islam ke berbagai daerah di Banten dan
sekitarnya, lalu Syekh Maulana Manyuruddin pulang ke Cikadueun. Akhirnya
Syekh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia pada tahun 1672 M dan di
makamkan di Cikadueun Pandeglang Banten. Hingga kini makam beliau sering
diziarahi oleh masyarakat dan dikeramatkan.
Caringin makam KH Asnawi
Kampung Caringin yang berada di kecamatan Labuan Pandegalang
Banten terkenal pesona Laut yang sangat mempesona. Caringin diambil dari
kata beringin yang artinya pohon teduh yang rindang. Di sana terdapat
makam seorang ulama pejuang bernama KH Asnawi yang orang kampung biasa
memanggil dengan sebutan Mama Asnawi.
KH Asnawi lahir di Kampung
Caringin sekitar tahun 1850 M, ayah beliau bernama Abdurrahman dan
ibunya bernama Ratu Sabi'ah dan merupakan keturunan ke 17 dari Sultan
Ageng Mataram atau Raden Fattah.
Banten yang terkenal dengan
jawara-jawaranya yang memiliki ilmu Kanuragan dan dahulu terkenal sangat
sadis dapat ditaklukkan berkat kegigihan dan perjuangan KH Asnawi.
Beliau juga terkenal sebagai Ulama dan Jawara yang sakti yang sangat
disegani oleh penjajah Belanda.
Tahun 1937 KH Asnawi berpulang ke
rahmtulloh dan meninggalkan 23 anak dari lima Istri (Hj Ageng Tuti
halimah, Hj sarban, Hj Syarifah, Nyai Salfah dan Nyai Nafiâah) dan di
makamkan di Masjid Salfiah Caringin.
Hingga kini Masjid Salafiah
Caringin dan makam beliau tak pernah sepi dari para peziarah baik dari
sekitar Banten maupun dari berbagai daerah di Tanah air. Banyak
pengalaman menarik dari peziarah yang melakukan i'tikaf di masjid
tersebut seperti yang diungkap oleh salah seorang jamaah sewaktu
melakukan i'tikaf terlihat pancaran cahaya memenuhi ruangan Masjid yang
berusia hampir 200 tahun tersebut.
Makam Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Jika berkunjung ke Banten, tidak akan lengkap rasanya tanpa
mengunjungi komplek makam para sultan Banten. Makam-makam tersebut
berada di Masjid Agung Banten, seperti makam Sultan Maulana Hasanuddin,
Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abdul Mufachir Muhammad Aliyudin, dan
lain-lain. Komplek makam ini merupakan paling terkenal nomor satu dari
tempat ziarah yang.
Sebab salah satu Sultan yaitu Sultan Maulana
Hasanuddin merupakan orang yang paling berpengaruh dalam penyebaran
Islam di Banten.
Masjid Agung Banten terletak di sebelah barat
alun-alun Banten, di atas lahan seluas 0,13 hektar. Didirikan pertama
kali pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin pada tahun 1566,
atau tanggal 5 Zulhijah 966 H dilanjutkan pada masa pemerintahan Sultan
Maulana Yusuf.
Bangunan induk masjid ini berdenah segi empat
dengan atap bertingkat bersusun 5 atau dikenal dengan istilah atap
tumpang. Tiga tingkat yang teratas sama runcingnya. Terdapat menara yang
tingginya lebih kurang 23 meter bentuknya seperti mercusuar, pada zaman
dulu digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan dan sebagai menara
pandang ke lepas pantai.
Tiyamah (Paviliun) merupakan bangunan
tambahan yang terletak di selatan masjid, berbentuk empat persegi
panjang dan bertingkat, pada masanya digunakan sebagai tempat
bermusyawarah dan berdiskusi mengenai keagamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar