3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup - Himayah sekaligus Pemimpin Ulama di Tanah Banten
'Banten merupakan provinsi Seribu Kyai Sejuta Santri. Tak heran jika
nama Banten terkenal diseluruh Nusantara bahkan dunia Internasional.
Sebab Ulama yang sangat masyhur bernama Syekh Nawawi AlBantani adalah
asli kelahiran di Serang - Banten.
Provinsi yanh dikenal dengan seni debusnya ini disebut sebut memiliki paku atau penjaga yang sangat liar biasa. Berikut akan kami kupas 3 Ulama Paku Banten paling keramat yang masih hidup.
1. Abuya Syar'i Ciomas Banten
Beliau
merupakan satu satunya murid syekh nawawi al bantani dan ulama
seangkatan Mbah Hasyim Asyari (pendiri NU) yang masih hidup. Kini
usianya sudah mencapai kisaran 60-70 tahunan(maaf kalau salah), tentu
sudah sangat sepuh.
Ulama yang satu ini sangat jarang dikenali
masyarakat Indonesia, bahkan orang banten sendiri masih banyak yang tak
mengenalinya. Dikarnakan Beliau memang jarang sekali terlihat publik,
kesehariannya hanya berdia di rumah dan menerima tamu yg datang sowan ke
rumahnya untuk meminta doa dan barokah dari Beliau. Banyak santri -
santrinya yang menyaksikan secara langsung karomah beliau. Beliau juga
disebut sebut sebagai pemegang golok ciomas banten yang asli dan hanya
ada satu satunya di dunia ini.
2. Abuya Muhtadi Cidahu Banten
Beliau merupaka salah satu ulama yg diakui sebagai pakunya tanah
Banten. Seorang ulama yang terdaftar dalam jajaran mustasyar PBNU ini
adalah seorang putra dari Abuya Dimyati Cidahu Pandeglang. Ayahnya
merupakan seorang waliyullah yang sangat masyhur, tak hanya di nusantara
namun juga dunia internasional.
Banyak murid2nya yang menyaksikan
secara langsung karomah Abuya Muhtadi. Salah satunya yang terkait soal
banjir besar di Serang - Banten. Sebelum banjir menghantam kota Serang,
malam harinya Beliau sudah memberikan aba - aba terkait bencana besar
ini.
3. Abuya Munfasir Padarincang
Pesantren Beliau yang
tanpa nama terletak di kaki bukit Padarincang. Abuya Munfasir hanya
menerima santri laki laki yang jumlahnya maksimal 40 orang saja, akan
tetapi belum pernah santrinya mencapai angka 40 orang. Abuya menerapkan
beberapa syarat untuk dapat mondok dan menuntut ilmu ditempatnya, salah
satunya dengan tidak diperbolehkannya membawa apapun. Hanya baju yang
melekat dibadan saja yang diperbolehkan untuk di bawa ke pondok beliau.
Selain itu, abuya juga memberikan syarat untuk siapa saja yang ingin
menuntut ilmu dengan beliau, diharuskan untuk di test agar sanggup
berpuasa selama 11 hari sambil berbuka dan sahur hanya dengan 3 teguk
air (tidak lebih). Setelah melewati taraf pengetesan ini, abuya
mengharuskan santri untuk berpuasa dengan umbi-umbian yang tidak
dipebolehkan untuk di masak / terkena api, pada taraf ini santri harus
mengiringi puasanya dengan membaca Al-quran 10 juz perharinya.
Ketika semua sudah dilewati, sampailah kita pada syarat yang bisa di
bilang syarat tertinggi yang diberikan oleh Abuya, yaitu harus puasa
mutih (berpuasa dengan hanya nasi putih dan garam). Dan berpuasa dari
segala omongan (berdiam diri). Jadi jangan heran, ketika berkunjung
ketempat beliau akan menemukan santri santri beliau yang tidak
mengeluarkan sepatah kata sedikitpun.
Syarat syarat yang di berikan
beliau memang terlihat sangat berat, tapi beliau punya manhaj sendiri
untuk menjadikan santri santrinya memiliki hati yang bersih, salah
satunya melalui jalan tasawwuf.
Wallahu ‘alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar