Pengangkatan Maulana Hasanuddin Menjadi Sultan Banten Pertama

 



Pengangkatan Maulana Hasanuddin menjadi Sultan Banten Pertama
Setelah menetap di Banten Girang, Maulana Hasanuddin berucap kepada Mas Jong dan Agus Ju agar menempatkan masyarakatnya dan mendirikan perkampungan Banten. Maka keduanya pun segera melaksanakan titah Maulana Hasanuddin membuka dan membersihkan hutan dan pegunungan untuk didirikan perkampungan-perkampungan dan keduanya mengajak masyarakat untuk menempati hutan dan pegunungan yang sudah dibersihkan tersebut. Setelah selesai dengan tugasnya Mas Jong dan Agus Ju pun akhirnya kembali ke Banten Girang melaporkan tugas yang telah dilaksanakannya kepada Maulana Hasanuddin.
Suatu hari Maulana Hasanuddin berangkat dari Banten Girang menuju ke arah Utara mengikuti jalan pesisir Banten Serang, dan terus berjalan di atas laut diiringi oleh kedua santrinya Mas Jong dan Agus Ju. Ketika sampai di tengah lautan mereka sholat dua rakaat, setelah selesai dari sholatnya maka lautpun kering dan menjadi daratan, maka duduklah Maulana Hasanuddin di atas batu gilang (batu yang berwarna hitam pekat) yang ada di pancaniti (aula), yaitu disifati negri di jajaloka (Jayaloka) negri Surosoan. Disitulah Maulana Hasanuddin mendirikan keraton yang dinamai Kipanggang rupanya seperti tempat panggangan ikan pari.
Setelah keraton selesai didirikan, maka sang ayah Syarif Hidayatullah datang dan memberikan kabar kepada Maulana Hasanuddin bahwa Pangeran Ratu (Ratu Ayu Kirana) ibunda dari Ratu Pembayun, Pangeran Yusuf Pangeran Arya Pangeran Sunyararas, Pangeran Pajajaran Pangeran Pringgalaya, Ratu Agung atau Ratu Kumadaragi Pangeran Molana Magrib dan Ratu Ayu Arsanengah ini telah ditetapkan sebagai Sultan di Demak oleh Maulana Syarif Hidayatullah maka menjadi ketetapan Maulana Syarif Hidayatullah juga kalau Maulana Hasanuddin menjadi Sultan di Banten. Setelah Maulana Syarif Hidayatullah selesai mengutarakan tujuannya tanpa menunggu lama Maulana Syarif Hidayatullah berangkat kembali menuju Cirebon.
Maka jadilah Maulana Hasanuddin Sultan Banten pertama, pertama tugas yang dilaksanakan oleh Maulana Hasanuddin adalah mendirikan masjid Agung dan dalam titahnya sebagai Sultan Maulana Hasanuddin menugaskan Indra Kumala penjaga Gunung Karang yang bertempat tugas di Sumur Tujuh Manik Kumala ditugaskan menjaga pemandian sungai Banten, Mas Jong ditugaskan menjaga Pintu Merah (Lawang Abang) di dalam istana sebelah kanan dan Agus Ju ditugaskan menjaga pintu Utara. Demikian kisah perjalanan Maulana Hasanuddin di negeri Banten semoga bermanfa aamiin
Gambar mungkin berisi: teks yang menyatakan 'Makam Syeh Mansur (kiri) Tjikadoeeun dekat Pandeglang dengan (duduk) dari Penghulu Tjikadoeeun 1906'
Kuriling Kincir
kisah Maulana Mansyurudin Cikaduen dialiaskan dengan Sultan Haji.. dimulai di abad 19 dengan penerbitan buku Wawacan Sajarah Haji Mangsur pasca vakumnya kesultanan Banten, utk pemutihan sejarah dan mngmbalikan smangat perjuangan rev kesultanan Banten dgn citra historis yg lebih bersih & mulia.. yang isinya banyak disebar luaskan secara lisan lwt mulut kemulut dan mntradisi.. bahwa Maulana Mansur Cikaduen adalah Sultan Haji yang asli.. serta tokoh Sultan Haji yang sempat berperang melawan ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa adalah tokoh palsu/peniru/jin/kakak iparnya dari pulo putri / mejeti,, Motif kabar ini utk pemutihan sejarah... Fakta Realitas memang ada perseturuan saudara antara kubu sultan haji dengan p, purbaya yang merupakan strategi devide et impera/adu domba Belanda... Putra Mahkota sltn Ageng Tirtayasa ini, lama pergi ke meninggalkan tanah air dengan ber-haji.. slama pergi Jabatan urusan dalam negeri yg biasa diurus putra mahkota diurus oleh p. purbaya... sepulangnya sultan haji di tanah air.. pengaruh p.purbaya sdh meluas di dlm negeri... Lantas Belanda mengompori shingga pecahlah perang saudara... Melibatkan pula sang ayah yang anti Belanda.. hingga terbunuhnya putra bungsu sultan ageng Tirtayasa .. Tb. Kulon... shingga gencatan senjata, demi kemaslahatan kluarga sultan ageng mngakhiri perang, kembali ke istana surasowan.. lantas ditangkap Belanda dan ditahan di Batavia/Jakarta.. namun bliau berumur panjang, mninggal di masa sultan abul mahasin zainal abidin ... cucu bliau...

Sedangkan Tokoh Maulana Mansyur adalah alias Raden Mansaruddin bin Sultan Abul Mahasin Zainal Abidin.. Beliau adalah cucu Sultan Haji yang hidup sejaman dengan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan... Kisah2 karomah bliau dapat dipercaya.. hanya saja yg terkait dengan politis pemutihan sejarah yang secara ilmu sejarah amat sangat lemah karena : 1. secara penjamanan dengan syeikh abdul muhyi tidak pas 2. Fakta adanya 2 makam, sultan haji di banten lama dan m. mansyur di cikaduen.. kalo mitos yg beredar benar bahwa sbnrnya mansyurudin itu 1 orang dgn sultan haji asli, dan yg asli di cikaduen.. maka kenapa yg palsu. pengkhianat tetap dijaga makamnya oleh para sultan Banten selanjutnya ??? ingat kisah mulai ada saat kevakuman kesultanan Banten... andai yg di banten Lama, benar palsu pasti sdh dr dulu oleh sultan banten slanjutnya dibuang atw dikeluarkan, bukan dijaga sampe skarang,,, ni membuktikan memang beda... Lebih kurangnya saya mohon maaf... adapun masalah nasab.. tinggal lihat bila keturunan terdaftar di antara anak2 sultan Haji maka jalurnya ke sana,, tp bila tidak.. brarti ada kemungkinan memang mlalui syeikh maulana mansyur bin sltn abul mahasin zainal abidin bin sultan haji/abu nasr abdul qohar bin sltn ageng tirtayasa.

Catatan : Nur Fadil Al-husaeni Al-Bantani

                              Peninggalan Salaka Nagara _ Banten

Posisi Kerajaan tsb kira-kira terdapat di kecamatan Mandalawangi yang di kelilingi oleh 4 (empat) gunung, yakni Gunung Pulosari (stratovolcano), Gunung Karang (stratovolvano) dan Gunung Aseupan, serta Gunung Parakasak (volcano). Oleh karena itu beberapa peninggalan dapat di jumpai lokasi sekitar bekas kerajaan Salaka Nagara. Beberapa literatur penelitian ( (Yoseph Iskandar , 1997, Sejarah Jawa Barat), Ayat Rohaedi,2005,Sundakala : Cuplikan Sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panita Wangsakerta” Cirebon) mengungkap adanya bukti-bukti peninggalan kerajaan, tersebar di sekitar Gunung Pulosari dan Pulau Panaitan.

Berdasarkan naskah Pustaka Raja Raja I Bhumi Nusantara, situs Cihunjuran adalah salah satu bukti peninggalan kerajaan Salaka Nagara. Ada pula batu menhir dan dolmen yang oleh masyarakat setempat di sebut Batu Alami. Ada pula batu berlubang, pada jaman itu digunakan sebagai tempat membuat ramuan obat-obatan.

Situs Batu Goong Citaman, Batu goong, peninggalan megalitik Salaka Nagara bentuknya menhir yang di kelilingi batu-batu berbentuk gamelan atau gong dan batu pelinggih. Situs ini terletak di atas bukit tidak jauh dari pemandian Citaman.

Konon, situs citaman dulunya adalah situs tempat Raja menerima wahyu sehingga dibangun menjadi Taman Punakawan, karena di situ tempat beliau bertemu untuk pertama kalinya dengan Ki Lurah Semar yang waktu itu bernama Ki Lurah Lengser.

Situs Batu Ranjang, salah satu peninggalan yang masih terletak di kawasan Pulosari. Bentuknya rata di bagian atas sehingga disebut batu ranjang. Batu yang di perkirakan dari jaman logam, diperkuat dengan 4 tiang penyangga yang berukir. dll.

     Kuriling Kuncir






Kajian Sejarah kekancingan babad kesultanan Banten........

Gambar mungkin berisi: 1 orang, berdiri
Kuriling Kincir

KAJIAN SEJARAH KEKANCINGAN BABAD KESULTHANAN BANTEN.

Tahun berapa Maulana Hasanuddin mulai memimpin Banten dan mendirikan kesulthanan Banten ? Ternyata pertanyaan sederhana ini secara tepat, tidak bisa dijawab sederhana karena ada beberapa kronologi proses waktunya yang terkait dengan detail penggunaan gelar Panembahan, sebagai Bupati sebagai Raja dan penggunaan gelar Sultan pada bentuk Kesulthanan di Banten.

Eyang Maulana Hasanuddin menurut naskah nagarakretabhumi lahir di tahun 1478. Menurut Babad Banten / Sajarah Banten pada usia 27 tahun, bliau dinikahkan dengan putri sultan demak (Ratu Ayu Kirana Purnamasidhi putri Raden Patah Demak), pernikahan berlangsung di Demak, kedua mempelai selama 4 bulan berada di Demak, baru kemudian ke Cirebon. Di Cirebon, Maulana Hasanudin saat itu dinobatkan dengan gelar "Panembahan Surasowan" setelah itu bersama istrinya ke Banten dan melanjutkan pekerjaan peng-Islam-an di Banten.

Ini berarti sejak tahun 1505 eyang maulana Hasanuddin sudah dinobatkan sebagai pemimpin di Banten. Hanya saja karena politik kepemimpinan Islam belum dominan di Banten, masih ada status quo kepemimpinan nusantara non muslim di Banten.. maka eyang Hasanuddin tahun 1505 adalah sebagai pemimpin komunitas masyarakat Muslim di Banten dan pemimpin dakwah penyebaran Islam di Banten.

Pengaruh Politik Islam menguat di Banten baru pada tahun 1526, di mana tanggal 8 Oktober 1526 pasca keberhasilan kepemimpinan Islam akan pemerintahan wilayah Banten, eyang Maulana Hasanuddin memindahkan pusat pemerintahan akan wilayah Banten dari wilayah Banten Girang ke Banten Pesisir dan menjadi Raja Bupati / Panembahan, masih tetap di bawah otorisasi Kesulthanan Demak. Masa ini politik Islam sudah menguat dan kepemimpinan politik di Banten sudah beralih kepada pemerintahan Islam. Perlu proses waktu bagi Kerajaan Banten untuk berdiri independen, hal tersebut terjadi di tahun 1552 kala terjadi kekisruhan politik di Demak, lantas Banten terpisah dan berdiri sendiri. Awalnya sebagai Kerajaan Islam, Raja Banten tidaklah bergelar Sulthan tapi Panembahan alias Maulana dalam bahasa arabnya..

Bentuk Kesulthanan pada Banten dimana rajanya bergelar Sultan, terjadi baru di tahun 1638 pada Raja pemerintahan Islam ke-4 Banten yang mendapat gelar Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Qodir dari Syarif Zeid Al-Hasani Mekah di bawah otorisasi khilafah Turki Utsmani masa pemerintahan Sulthan Murod 4. Afiliasi tersebut hasil loby dari Duta Besar Kesulthanan Banten Pangerang Wangsaraja / P. Wangsakara / P. Aria Tangerang I / P. Wiraraja II cucu dari Prabu Geusan Ulun Sumedang. Afiliasi antara Banten dengan Mekah dan Turki ini berakhir di tahun 1683 pasca kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, sebagai akhir masa kedaulatan penuh Kesulthanan Banten.

Selanjutnya Kesultanan Banten sudah dalam keadaan dibawah penjajahan VOC Belanda sampai di tahun 1800 diambil alih dibawah pemerintah Kerajaan Belanda. Tahun 1809 benteng Surasowan dihancurkan Daendels, sultan di Banten berikutnya diturunkan statusnya sebagai Bupati yang wilayahnya hanya sebatas wilayah Serang sekarang (kabupaten dan kota Serang). Tahun 1811 Banten dibawah pemerintahan penjajah Inggris sampai tahun 1816, kembali dijajah Belanda sampai tahun 1832 dibubarkan sepihak oleh pihak penjajah Kerajaan Belanda.

Dari sini ternyata kepemimpinan Islam di Banten sudah ada dari tahun 1505 (ini yang belum pernah ditulis para sejarawan ttg Banten umumnya langsung menulis tonggak kepemimpinan Islam di Banten mulai di tahun 1526), namun berproses dalam berbagai bentuk, pemerintahan di tahun 1526 sebagai kerajaan kebupatian di bawah Demak dan tahun 1552 sebagai tonggak berdirinya pemerintahan ke-Islam-an independen Banten dan dalam bentuk Kesultanan di bawah afiliasi Khilafah Utsmani di tahun 1638.

By : Nur Fadil Al-Husaeni Al-Bantani
Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks
Kuriling Kincir

ARIA WANGSAKARA TANGERANG - BANTEN
_Imam Kesultanan Banten, Ulama-Pejuang Anti Kolonialisme (1615-1681)_
-------------------------------------------------------------------

Raden Aria Wangsakara lahir di sumedang sekitar tahun 1615 dari pasangan Pangeran Wiraraja I dan Nyi Mas Cipta Putri. Pada awal tahun 1636 diutus ke Mekkah oleh Sultan Banten saat itu, Sultan Abul Mafakhir untuk memohon legitimasi kagamaan bagi Sultan Banten, dan menyalin sejumlah kitab-kitab terutama dalam bidang Tasauf dan mempelajari di bawah bimbingan sejumlah ulama Mekkah. Peran menonjol Raden Aria Wangsakara dalam misi ini adalah ia berhasil menyalin kitab-kitab tasauf, Insan Kamil karya Syeikh Abdul Karim Al-Jilli dan menterjemahkannya ke bahasa Jawa-Banten dan sejumlah kitab pelajaran Islam lainnya.
Raden Aria Wangsakara diberi mandat oleh Sultan Ageng Tirtayasa untuk memimpin peperangan melawan VOC Mei 1658 - Juli 1659. Bahu membahu dengan Raden Senapati Banten, ia melakukan koordinasi seluruh kekuatan perang dan logistik dalam menghadapi pasukan Kompeni di Tabgerang. Ratusan orang meninggal dunia, sebagian besar mereka memiliki anak dan istri, yang tentu perlu dipikirkan masibnya pasca kematian suami mereka. Raden Aria Wangsakara kemudian membentuk sebuah taskforce, semacam kelompok kerja untuk meregistrasi jumlah yatim dan janda, dan kemudian memberikan santunan kepada mereka secara rutin.

Raden Aria Wangsakara atau Pangeran
Aria Wangsaraja atau Pangeran Aria, beristrikan 3 orang istri ;
1. Nyi Mas Nurmala/Nyi Sara, adlh putri Aria Singa Prabangsa Bupati Karawang pertama yang pro Mataram.
Dari pernikahan dgn Nyi Mas Nurmala/Nyi Sara di karuniai 2 orang putra ; Raden Yudanegara dan Raden Raksanegara.

2. Nyi Ratu Maemunah putri bangsawan banten Kiyai Tubagus Idham dan memiliki 1 orang putra bernama Raden Wiranegara.

3. Nyi Ratu Zakiyah putri dari Ratu Salamah (anak perempuan Sultan Banten Abuĺ Mafakhir), dari hasil pernikahannya di karunia 4 anak perempuan ; Nyi Ratu Ratna Sukaesih, Nyi Ratu Wira Sukaesih, Nyi Ratu Sukaedah dan Nyi Ratu Kara Supadmi

Mariam Si Jagur

Kuriling Kincir Meriam si jagur kado dari wali songo kepada Sulton Maulana hasanudin Banten ketika Sulton Maulana hasanudin melangsungkan pertikahanyah.
Cerita menarik nyah dari meriam si jagur ini yg kekuatan jarak tempuh nyah hanya 65 meter sajah,namun dengan qaromah nyah Sulton Maulana hasanudin jarak tempuh nyah bisa di sesuai kan dengan jarak musuh berada walau pun musuh berjarak ratusan km,bom dari meriam si jagur ini bisa menyasar musuh itu atas ijin dari ALLOH SWT...

INILAH DAFTAR NAMA DAN ALAMAT MAKAM WALI SE NUSANTARA




ACEH

1_Syekh Abdul Rouf Lekal - Samudra Pasai, Pasai, Aceh
2_Malikul Dhohir - Perlak Aceh
3_Al Malikul Saleh - Samudra Pasai, Aceh Pasai
4_Teuku Umar - Meulaboh Aceh Besar
5_Teuku Cik Di Tiro - Takengon Aceh Besar
6_Sultan Alaiddin Syah Perlak
7_Tengku Chik Tanoh Abe Al Baghdadi di Aceh Besar
8_Syekh Muda Waly Al Khalidy di Labuhan Haji Aceh Selatan
9_Tuanku Peulumat Masyhur Keramat di daerah Labuhan Haji Aceh Selatan
10_Abu Ibrahim Wayla Waliyullah Keramat di Woyla Melaboh
11_Ratu Nahrisyah di Samudera Pasai
12_Tengku Sa'di Guru Sunan Gunung Jati di Samudera Pasai

BALI

1_Mbah Singaraja - Singaraja
2_Pangeran Mas Sepuh (Raden Amangkuningrat) - Keramat Pantai Seseh
3_Dewi Khodijah (Ratu Ayu Anak Agung Rai)- Keramat Pamecutan Jalan Batu Karu Pamecutan
4_Pangeran Sosrodiningrat Senopati - Ubung Dekat terminal bus Denpasar
5_Habib Umar bin Yusuf Al Maghribi - Tabanan Keramat di Bukit Bedugul
6_Habib Ali bin Abu Bakar Al Hamid - Kelungkung Dawah, Kusamba
7_Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi - Karangasem Bebandem, Bungaya
8_Ali bin Zaenal Abidin Al Idrus - Karangasem Bebandem, Bungaya

BALIKPAPAN

1_Mbah Syarifah Alias Mbah Pulau Tukung - Depan Pelabuhan Semayang

BANDUNG

1_Sumur Bandung - Kota Cikapungdung
2_Gunung Cibuni - Cibuni Bandung

BANJARMASIN

1_Sayid Ali Al-Haddad-Banjarmasin

BANTEN

MENGENAL ABUYA-ABUYA dan para SYEIKH DI TANAH BANTEN dari SERANG, RANGKAS PANDEGLANG KHUSUSNYA.

* Sulton Maulana Hasanuddin Banten,
* Syeikh sholeh gunung santri,
* Syeikh Maulana Yusuf Banten,
* Maulana sunyararas Tajul'arsy tanara serang banten,
* Pangeran jaya lelana serang Banten.
* Pangeran aryadillah serang Banten.
* Pangeran arya mandalika serang Banten.
* Pangeran Sabrang Lor serang banten.
* Pangeran Yuda Negara serang banten.
* Maulana Abul mafakhir serang banten,
* Syeikh' Abdul fattah tirtayasa serang banten,
* Syeikh' Abdul karim tanara serang banten, *Syeikh Nawawi tanara serang banten,
* Syeikh Umar rencalang serang banten,
* Syeikh Nawawi mandaya serang banten,
* Syeikh Raqo Gunung Karang.
* Syekh Karan Gunung Karang.
* Ki Harun gunung karang.
* Syeikh Magribi Mantare,Kumalirang,Pandenglang Banten.
* Syeikh astari cakung serang banten,
* Syeikh hasan basri cakung serang banten,
* Syeikh ciliwulung cakung serang banten,
* Syeikh ibrohim katiban pontang serang banten,
* Syeikh Thohir pelamunan serang banten,
*Syeikh Muhammad Rasyidi jamlaon serang banten,
* syekh royani kadu pinang pandeglang
* syekh aulia abidin cibebek carang pulang pandeglang
* kyi buyut tubagus raga marela pasir peuteuy carang pulang pandeglang
* syekh abdul manap tarikolot ci paeh desa ci legong ilir kerta malingping
* abuya mahmud cikayas angsana pandeglang
*Syeikh Syanwani sampang tirtayasa banten
* tubagus ahmad khatib
* syekh asnawi caringin
* syekh mansuruddin cikaduen
* Syekh arsyad tegal menes
* syekh ajab kananga
* Abuya Abdul Halim - Kd.Peusing Pandeglang
* Abuya Muhamad Dimyati bin KH. Muhamad Amin - Cidahu Cadasari
* Abuya Ahmad Bustomi bin Abuya Jasuta - Cisantri Cipeucang
* Abuya Muhamad Sidik - Cangkudu Baros
* Abuya Abdul Majid - Cadasari Pasir
* Abuya Suraya - Munjul
* Abuya Sakman - Ujung Kulon
* Abuya Muqri - Karabohong Labuan
* Abuya Tajur - Nembol Mandalawangi
* Abuya Sanusi - Ciliang Kd.Merak
* Abuya Damanhuri - Cihideng - Jabal Gubes,Arab Saudi
* syekh sohib jasinga ayah nya syech daud ci gondang labuan..
*Mama KH adung bahrudin pandeglang
* Abuya Abdul Manan - Muncung
* Abuya Abdul Malik - Rocek Barat
* Abuya Abdul Karim - Bengkung
* Abuya Armin - Cibuntu Cimanuk
* Abuya Palawira - Sekong Cimanuk
* Abuya Surya - Cigeulis Cibaliung
* Abuya Otong Nawawi - Ciandur Saketi
* Abuya Sobari - Kd.Cekek Cipeucang
* Abuya Kholil - Cipaniis Jiput
* Abuya abdul haQ bin
* abuya abu hasan abuya maad bin abuya abu hasan abuya harun bin abuya abu hasan bin abuya madian bin kamra nunggul cipanas
* Abuya Angkawijaya - Mandalawangi
* Abuya Abdul Hamid - Cigayang Cadasari
* Abuya Nackhrowi - Gereuh Careuh
* Abuya Busro - Kd.Merenah Cikole
* Abuya Aliudin - Cikaduen Cipeucang
* Abuya Samin kalobarang Baros
* Syekh entus qodim-cigandeng
* Syekh abdul ganni- pulosari
* Syekh Abdurahman Bin jamal cikaliung

*Abuya KH Shobirin bin Hasan Cirende Rangkasbitung
Lebak,
* Abuya yusuf bin TB H soca Mandalawangi
* Abuya KH Fadhil bin Moch Nawawi Cirende Rangkasbitung Lebak
* Mama KH Ahmad Dimyathi bin Abuya Fadhil Cirende Rangkasbitung Lebak
* Abuya KH Moch Romli Al Hafizh Kapugeran Rangkasbitung Lebak
* Mama KH Rd Moch Islam Pari Mandalawangi Pandeglang
* Tb, mama qomarudin kabarosan,kec pulosari
* Mama KH.Sukra Oteng Warung gunung.
* Mama KH. Hasan Ali Rangkas Bitung
* Mama Sanja - Kd.Kaweng Kd.Hejo
* Mama Ramin - Kemalangan
* Mama Halimi - Ciherang Pandeglang
* Mama Adung - Cengkel Pasir Angin
* Mama Suhaemi - Padarincang Serang
* mama sholeh kadu bereum
* Mama Kh M Chaedar kaung Caang
* Mama Idrus (KH. TB. Moh. Idrus bin KH. TB. Moh. Ma'ruf)
* Mama KH. TB. Moh. Hasyim bin KH. TB. Moh. Soleh Pon. Pes. Turus Pandeglang
* Abuya rasam caringin cisoka
* Abuya abdurrohman caringin cisoka
* Abuya badrudin bin abuya ibrohim cangkudu baros
* mama abdul latif ci beber
* mama sukanta kaduparasi labuan
* Abuya sidik bin ma'lum cangkudu baros,
* Abuya muhamad hambali bin abu bakar baros, seykh nawawi mandaya,
* Mama wirga citundun
* Abuya ishak citaman gnung.pulosari
* Mama ahmad maribaya
* Abuya ardani bin abuya idan panggang cisoka
* Abuya Abdul Aziz CADASARI Curug
* Abuya dahlan tanjakan
* Abuya halimi kadu ronyok
* Tb.Mama Sempur (Tb.KH.Ahmad Bakrie) Ciekek Karaton - Purwakarta
* Tb.Mama Bakom (KH.Ujang) Pandeglang - Bakom Bogor
Kh. Muhammad sidik bin abuya sadeli bin abuya salman pekancilan
* Tb.Mama Falaq - Wates Pandeglang - Pagentongan Bogor bin
,* wali akbar SYECH 'ABBAS desa sabi pandeglang
* abuya ACHMAD DAMAMINI BIN ABUYA CHOLIL PANIIS JIPUT
* kai gelung tanjung lesung
* Tb. Mama Jueni - Kasepuhan Bogor Barat bin Tb. Nur Saad bin Tb.Abdul Wafa bin Tb.Taran bin Tb. Muhamad Soleh bin Tb. Abdul Manaf bin Tb. Mada bin Kh.Tb. Buang (Cadasari)
* Abuya Haji Deeng - Bojong Menteng Cibadak
* Abuya Nawawi Rudaya - Pasir Bedil Lebak
* Abuya Abdul Lathief - Cibeber Cilegon
* Syekh Ahmad al-matin wasilah bismillah kp. Bangun, cibulakan-cadasari.
# Tambahan ti kang daud bin
* Wali musa kedung dalam-kresek
* Abuya Abdul Manan, Muncung_Kronjo, Tangerang
* abuya marwan-lewi damar
* Syekh jamaludin-merak
* abuya samsudin-petir
* mama ruyani- ci sempur bogor- guru abuya bustomi
* mamaK H Ahmad Salim Karang Tanjung gurunya Mama kiyai haji tb Idrus turus
* Syeh jalaludin gedong gunung karang
* syeh cakrawali gunung karang cadasari
* syeh kibuyut ki mas tanding kadu bereum menes,
* syeh kibuyut ki mas panggung pamarayan jiput,
*syeh raden sanghiang dengdek gunung pulosari menes...
* syekh abdul jabbar- kdu kacapi
* syekh mudayaroh-kramat pariuk
*Syekh singa barong-kramat pariuk
* ibu geulis randa kasih-kramat pariuk
* Syekh demang lancar-cibulakan-mertua ki buyut mansyur cikaduwen
* Syekh waluyudin-tanggerang
* nyimas melati-tanggerang
* ki balung tunggal - gunung pancer bogor
* syekh abdul ghofur-gunung cupu-pandeglang
* syekh gentar bumi-gunung Salak bogor
* syekh prabu wong sagati-sajra rangkas
* syekh entol sangadiyah- kdu gajah pandeglang
* Syeh abdulkohar nayagati cisimeut ..
* abuya muh. sidik bin abuya sadeli bin abuya salman pakancilan batubantar pandeglang Banten.(cibulakan letik).
* Raden sumerang sumedeng sumirang babat Banten gunung karang
* Syekh mubarok Kalapa dua tigaraksa
* Buyut sepuh begker jagat buana gunung anten
* Kh surjaya kdu tolok jiput murid abuya samsudin ptir pandeglang
* abuya sukAnta abuya jupri sukacai
* Syekh Ahmad sohari cibeber cilegon
* abuya sukAnta
* abuya jupri sukacai

* K.H IBRAHIM ciandur Saketi .
* syekh maruf/ kijemah- khodam ki buyut mansyur
* syekh yusup-cimanuk- khodam syekh nawawi albantani
* Syekh Ahmad cikawung-barugbug- guru syekh holil cipaniis jiput
*ABUYA MANSHUR bin KH BAKRI cigayeunggeung rangkas
* KH.Wasyid - Pahlawan Geger Cilegon 1888 bersama Syaikh Muhamad Ali - Tanara ,
*Syaikh Asnawi - Caringin,
* Syaikh Ahmad Husaeni -
* Abuya jasir
*syaikh ahmad jaha al-bantani kponakan syaikh nawawi salah satu guru dari kh. Hasyim asy'ari dan kh.ahmad dahlan
* Syech Maghribi.. Tigaraksa
* Abuya Usuf - Caringin Cisoka ( Ahli Fathul Muin - Gurunya KH .Uci Turtusi bin Abuya Dimyati - Pasar Kemis - Tanggerang
* Abuya Muhidin - Kosambi Tangerang ( Muridnya Abuya Palawira Sekong )
* Kh.Romli bin Kh.Kherun kp.doyong.
* Kh.Khaerun kp.doyong bin Raden Cimang.
* Kh.Ahmad Khaerun bin Kh.Khaerun kp.doyong.
* Kh.Agrat bin Kh.Jahiyan kp.doyong.
* Abuya Mansyurudin - Cigayenggeng Rangkas
* Abuya fu'ad halimi Kaduronyok Pandeglang
* Syech angling darma wijaya kusuma sumur bandung balaraja
* Syech alfaqir ,mesjid pintu seribu (tanggerang)
* K.H Moh Dahlan Bin Kyai Arja'i Tanjakan Rajeg Tangerang.
* Syech Bajang Tanara Serang Murid Syech Nawawi tanara.
* Abuya Marwan Leuwi damar Lebak Rangkasbitung.
* Abuya abdul jalal parungpanjang bbakan pesantren.
* Ki. Buyut gentur bin raden perkasa bin raden jaya kusuma kp. Wadas.
* KH.E.M.Hilmi bin KH.M.Salim kampung sawah baros.
* Syech sohib kadupinang guru syech ruyani,abuya hamim ahli quran kakeknya abuya busro kd mernah cikole.
* Ki jagaraksa dan raden panji gunung karang.
* Abuya saiid masjung cipancur lebak rangkasbitung.

BANYUWANGI

1_Datuk Ibrahim - Lateng Alas Purwo Muncar
2_Datuk Abdurrohim - Banyuwangi
3_Sayid Ahmad - Lateng
4_Mbah Abdurrohman - Lateng
5_Habib Hadi Al-Hadad - Ketapang
6_Syaikh Dahlan - Kesilir
7_Syaikh Muhyiddin - Blok Agung
8_Mbah Wali Marhasan - Sumber Kepuh
9_Kyai Thohir - Banyuwangi
10_Kyai Iskandar - Banyuwangi
11_Mbah Abdul Manan - Berasan
12_Datuk Abdul Rohim - Banyuwangi
13_Syaikh Mukhtar Syafaat Abdul Ghofur - Blok Agung

BATAM

1_Datuk Abdulloh - Batam

BATANG

1_Ki Ageng Gringsing - Gringsing

BEKASI

1_Mbah Toyyib - Kampungutan
2_Habib Usman bin Yahya - Pondok Rangon CMIIVV

BLITAR

1_Mbah Dimyati - Wlingi
2_Presiden Soekarno - Blitar Kota
3_Mbah Kyai Kholil - Nggembongan
4_Mbah Kyai Abd. Ghofur - Mantenan
5_Mbah Kyai Ahya' - Srengat, Kunir
6_Mbah Imam Hambali bin Ahmad - Cemandi, Kunir

BOGOR

1_Habib Alwi Al Attas - Empang

BOJONEGORO

1_Mbah Hamid M. (Minak Lelono) Padangan

BREBES

1_Mbah Ruby - Klampok Losari

CIANJUR

1_Ario Wiratnudatar - Cikundul W. Cikalong

CILOGEN

1_Gunung Santri - Banjarnegara

CIREBON

1_Sunan Gunung Jati (Raden Syarif Hidayatulloh) - Astana Gunungjati
2_Syeh Megelung - Karangkendal
3_Syaikh Datul Kahfi - Astana Gunung Jati
4_Mbah Imam Hanafi - Astana Gunung Jati

DEMAK

1_Sunan Kalijaga (Raden Syahid) - Kadilangu Kota
2_Raden Fatah - Bintoro Kota
3_Mbah Kyai Abdul Hadi - Giri Kusumo Mranggen

DEPOK

1_Pejuang Islam Ratu Pembayun Putri Panembahan Senopati Mataram di Tapos Depok
2_Utari Sandijayaningsih Pembunuh Jendral JP Coen di tahun 1629, makamnya di Tapos Depok, beliau adakah cucu dari Roro Pembayun muridnya Pangeran Benawa Joko Tingkir

GARUT

1_R. Kian Santang - Suci Godog Garut
2_Pangeran Papak - Garut

GRESIK

1_Sunan Gresik (Syaikh Maulana Malik Ibrahim) - Jl. Malik Ibrahim Kota Gresik
2_Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) - Giri Kebomas
3_Sunan Prapen - Klangenan Kebomas
4_Gua Sunan Kalijaga - Gua Surowiti Panceng
5_Habib Abu Bakar - Jl. Kauman Gresik Kota
6_Nyai Siti Fatimah - Leran Manyar
7_Sunan Prapen - Klangonan Kebomas

GROBOGAN

1_Kyai Ageng Selo (Mbah Kholil) - Grobogan Purwodadi

INDRAMAYU

1_Ki Buyut Tambi - Tambi Jatibarang

JAKARTA

1_Habib Ali Al Habsy (Habib Kwitang) - Perempatan Senen, Kwitang Jakarta Pusat
2_Al-Habib Ahmad bin Alwi Al-Haddad (Habib Kuncung) - Jl. Rajawali I Pasar Minggu Jakarta Selatan
3_Pangeran Jayakarta - Pulogadung Klender Jakarta Timur
4_Pangeran Jayakarta - Jl. Jatinegara Kaum Jatinegara Jakarta Timur
5_Habib Husain - Luarbatang Pasar ikan Jakarta Utara
6_Habib Hasan bin Muhammad Al Hadad (Mbah Priok) - Koja, Terminal Peti Kemas Tanjung Priok Jakarta Utara
7_Habib Husein bin Abubakar Alaydrus - Jl. Luar Batang V Penjaringan Jakarta Utara
Uraian selengkapnya TUNGGU di Ziarah Makam Wali di Jakarta

JEMBER

1_Kyai Abdul Aziz - Tempurejo
2_Mbah Kyai Siddiq - Condro
3_Habib Sholeh bin Muhsin - Tanggul

JEPARA

1_Sultan Hadirin, Ratu Kalinyamat dan Sunan Jepara (Raden Abdul Jalil) - Mantingan Kota Jepara
2_Mbah Dimyati Syukri - Demeling Mlonggo
3_Makam Citrosomo - Makam Para Adipati/Bupati yang pernah memimpin Jepara. Terdapat makam keluarga besar R.A Kartini dan makam Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf - Desa Sendang Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.
4_Syekh Siti Jenar - Desa Kelet Kecamatan Keling Kabupaten Jepara
5_Syekh Jafar Sodiq Al Idrus (Yek Nde) - Jl. Goa Kencana Desa Kriyan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.
6_Mbah Roboyo - Desa Robayan Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara
7_Datuk Gunardi - Desa Singorojo Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara
8_Habib Ali - Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara
9_Ronggo Kusumo - Desa Manyargading Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara
10_Syekh Abu Bakar Bin Yahya - Pulau Panjang Kabupaten Jepara
11_Pangeran Syarif dan Mbah Jenggolo - Desa Saripan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara
12_Mbah Sabilan Abdur Rahman - Kelurahan Demaan Jepara.
13_Mbah Datuk Kramat - Dekat Pasar Apung Kelurahan Demaan Jepara.
14_Ratu Bagus - Kelurahan Karang Kebagusan Jepara
15_Kyai Shobiburrohman (Mbah Shobib) dan H. Anwar Bin Kadam - Desa Menganti Kecamatan Kedung Jepara.
16_Mbah Mangun Sejati - Desa Bugel (belakang Masjid Bugel) Kecamatan Kedung Jepara.
17_Ki Gede - Pinggir kiri jalan raya Bangsri - Kembang
18_Kyai Ahmad Fauzan dan Kyai Amin Sholeh- Kecamatan Bangsri Jepara.
19_Syekh Amir Hasan (Sunan Nyamplungan)- Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara
20_Mbah Sunan Pakis Aji (Habib Abdurrahman Al Idrus) - Desa Potroyudan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara
21_Syekh Habib Hasan bin Ibrahim Al Hasni - Desa Kuwasen Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara.
22_Kyai Nawawi dan Kyai Ibnu Sahil Nawawi (Mbah Sahil) - Desa Sinanggul Kecamatan Mlonggo Jepara.
23_Sayyid Ahmad Ali Kosim - Desa Sinanggul Kecamatan Mlonggo Jepara.

JOMBANG

1_Mbah As'ari - Mojoagung Jombang
2_Mbah Mursidin - Mojoagung Jombang
3_Mbah Alif - Mojoagung Jombang
4_Sayyid Sulaiman bin Dawud - Betek Mojoagung Jombang
5_Mbah Damanhuri Betek - Betek Mojoagung Jombang
6_Sunan Ngudung - Mojoagung Jombang
7_Mbah Kyai Romli Tamim - Peterongan Jombang
8_Kyai Hasyim Asy'ari - Tebuireng Jombang
9_KH. Abdurrahman Wahid Adhakil (Gus Dur)- Tebuireng Jombang
10_Mbah Kyai Amin - Bareng Jombang

KALIMANTAN

1_Abu Musa Al Banjari - Kuantan Martapura Kalimantan Selatan

KEDIRI

1_Syaikh Maulana Abdul Qodir Khoiri bin Isma'il Iskandariyah - Tambak Ngadi Mojo
2_Syaikh Maulana Abdulloh Sholih Istambul - Tambak Ngadi Mojo
3_Syaikh Muhammad Hirman Arruman - Tambak Ngadi Mojo
4_KH. Anis Ibrohim - Tambak Ngadi Mojo
5_KH. Ahmad Siddiq - Tambak Ngadi Mojo
6_Kyai Bani Askar - Tambak Ngadi Mojo
7_KH. Hamim Djazuli - Tambak Ngadi Mojo
8_KH. Imam Thoha - Tambak Ngadi Mojo
9_KH. Yasin Yusuf - Tambak Ngadi Mojo
10_Kyai Ma'ruf Alhafidh - Tambak Ngadi Mojo
11_KH. Muslim Manan - Tambak Ngadi Mojo
12_KH. Rohmad Zuber - Tambak Ngadi Mojo
13_M. Asmun'i - Tambak Ngadi Mojo
14_Nyai Hj. Mardliyah - Tambak Ngadi Mojo
15_Mbah Kyai Imam Nawawi - Tambak Ngadi Mojo
16_Mbah Kyai Imam As'ari - Tambak Ngadi Mojo
17_Mbah Kyai Abdulloh Mun'im - Kemayan Mojo
18_Mbah Kyai Abd. Basyir - Kemayan Mojo
19_Mbah Kyai Abd. Hasyim - Kemayan Mojo
20_Habib Moh. Thohir Baabud - Pelem Mojo
21_Mbah Kyai Yahya - Baran Mojo
22_Mbah Kyai Imam Maki - Karangkates Mojo
23_Mbah Kyai Jazuli Usman - Ploso Mojo
24_Mbah Kyai Abdul Jalil (Joyo Ulomo) - Mojo
25_Mbah Kyai Abd. Jamal - Batokan Mojo
26_Mbah Mukhtar Abd. Hamid - Randulawang
27_Mbah Kyai Ma'sum - Randulawang
28_Mbah Kyai Abu Bakar - Bandarkidul
29_Mbah Kyai Mundir Bahri - Bandarkidul
30_Mbah Kyai Ali Ma'lum - Bandar Mlati
31_Mbah Kyai Abd. Majid - Kedunglo
32_Mbah Kyai Ma'ruf - Kedunglo
33_Mbah Kyai Marzuqi - Lirboyo
34_Mbah Kyai Mahrus Ali - Lirboyo
35_Mbah Kyai Abd Manaf Karim - Lirboyo
36_Mbah Kyai Ya'qub - Lirboyo
37_Mbah Sulaiman Washil - Setonogedong
38_Mbah Jumadilkubro - Mbetek
39_R. Syarifuddin Mangkuyudo - Mbetek
40_Jakfar Umaiyah Darmoyudo - Mbetek
41_Mbah Abdul Qodir - Setonogedong
42_Mbah Kyai Ageng Abdulloh Mursyad - Mrican Setonolandean
43_Mbah Kyai Dahlan - Mutih
44_Mbah Nyai Ujang Sholih - Mutih
45_Mbah Kyai Ihsan Nawawi bin Dahlan - Jampes Mutih
46_Gus Baji - Mutih
47_Mbah Kyai Abdulloh Umar - Sumberdringo
48_Mbah Kyai Badrussholih - Purwoasri
49_Kyai Zamroji - Kencong Pare

KENDAL

1_Sunan Katong - Kaliwungu
2_Sunan Bromo di Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal
3_Kyai Mandurorejo (Bupati Pekalongan I) Protomulyo Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal
4_Wali Gembyang di Patukangan Kota Kendal
5_Wali Joko di Komplek Masjid Agung Kendal
6_Wali Hadi di Komplek Masjid Agung Kendal
7_Pangeran Djoeminah di Kaliwungu
8_Tumenggung Mertowijoyo (Bupati Kendal VIII / Kyai Kendil Wesi) di Sukolilan Patebon Kendal
9_Sunan Abinowo di Pekuncen Pegandon
10_Kyai Asy'ari di Kaliwungu
11_Petilasan Krapyak di Jatirejo Ngampel Kendal
12_Pengeran Benowo di Pekuncen Pegandon Kendal

KERAWANG

1_Syaikh Qurrotul'ain - Pulau Bata Wuadas
2_Singa Perbangsa - Leran Wuadas

KLATEN

1_Khoiri Dawud - Sekawetan Tembayat
2_Sunan Bayat (Mbah Ihsan Nawawi) - Jabalekat Tembayat
3_Kyai Dardiri (Raden Ronggo Warsito) - Palar

KUDUS

1_Abu Hasan Syadli - Ngrejenu Dawe
2_Kaliyetno - Ternadi Dawe
3_Sunan Kudus (Raden Ja'far Shodiq) - Jl. Menara Kudus Kota
4_Sunan Muria (Raden Umar Said) - Colo/Muria Dawe
5_Mbah Kyai Arwani Amin - Kudus Kota

LAMONGAN

1_Sunan Drajat (Raden Qosim) - Drajat Paciran
2_Maulana Ishak - Kemantren Paciran
3_Maulana Mansyur - Sendang Duwur Paciran
4_Mbah Deket (Sunan Lamongan) - Desa Deket Kecamatan Deket
5_Mbah Lamong (Rangga Hadi) - kota Lamongan
6_Sunan Sendang Duwur (Raden Nur Rahmat)- Desa Sendang Duwur Kecamatan Paciran
7_Pangeran Sedamargi - Mantup
8_Panembahan Agung Singodipuro - Dusun Badu, Desa Wanar Kecamatan Pucuk
9_Mbah Barang - Baturono Karangbinangun
10_Makam Santri di Tenggulun Paciran

LAMPUNG

1_Raden Intan - Kalianda Lampung Selatan
2_Ratu Darah Putih - Penengahan Lampung Selatan
3_Haji A. Bakar - Suteng Teluk Betung Lampung Selatan
4_Haji Subana - Suteng Teluk Betung Lampung Selatan
5_Syekh Ahmad Hasanudin - Kaki Gunung Rajabasa Kalianda Lampung Selatan
6_KH. Gholib - Tanggamus Lampung Selatan
7_Gajah Mada - Kota Gajah Lampung Tengah
8_Tubagus Ali Menggala - Tulang Bawang Lampung Utara

LOMBOK

1_Makam Batu Layar
2_Makam Loang Baloq
3_Makam Selaparang
4_Makam di Masjid Kuno Bayan Beleq
5_Makam Keramat Cemare
6_Makam Wali Nyatog
Uraian selengkapnya Ziarah Makam Di Lombok TUNGGU Kelanjutannya..!!

MADIUN

1_Mbah Anom Besyari - Grabahan Kuncen Caruban
2_Mbah Abiyoso - Pertapaan Ngukiran Awangrejo Caruban
3_Mbah Bagus Harun (Syaikh Basyariyyah) - Sewulan
4_Mbah Kanjeng bin Oemar - Banjarsari
5_Syaikh Abdurrohman/Syaikh Abdulloh - Slambur Geger
6_Syaikh Ahmad bin Muhammad - Jati Lawang Dolopo
7_Kyai M. Thohir Besyari - Kepuhbeluk Kebonsari
8_Syaikh Zainal Abidin - Jogodayuh Geger
9_Kyai Munirul Ikhwan - Kembangsawit Kebonsari
10_Mbah Chudlori - Setemon Kebonsari
11_Mbah Ali Rohmad - Rejosari Kebonsari

MADURA

1_Mbah Basaniyah - Batu Ampar
2_Mbah Abu Syamsudin - Batu Ampar
3_Kyai Ahmad Joko Tole - Sumenep
4_Mbah Kyai Kholil - Bangkalan
5_Sayyid Yusuf - Sumenep
6_Sayyid Abdurrohman - Madura
7_Sayyid Syarifuddin - Bujuksara Bangkalan
8_Syarifah Ambami - Bangkalan
9_Sunan Cendana (Sayyid Zainal Abidin) - Kwanyar Sumenep
10_Syaikh Muhlis - Batu Ampar
11_Sayyid Usman - Pajegan Tamberu Pamekasan
Uraian selengkapnya Ziarah Wali Di Madura TUNGGU Kelanjutannya..!!

MAGELANG

1_Syaikh Subakir - Puncak Gunung Tidar
2_Mbah Jogoreso - Muntilan
3_Syaikh Subakir - Tidar
4_Mbah Hasan As'ari - Mangli
5_Mbah Kyai Dalhar - Watucongol
6_Mbah Raden Santri - Gunung Pring
7_Mbah Ma'sum - Salaman
8_Mbah Kyai Abd. Hamid - Kajoran

MAGETAN

1_Mbah Baidlowi - Gunung Bancak Giri Purno

MALANG

1_Mbah Dulngadim Baidowi - Ngantang
2_Kyai Zakaria (Mbah Njugo) - Gunung Kawi
3_Mbah Imam Sujono - Gunung Kawi
4_Ki Ageng Gribig - Madyopuro Malang
5_Mbah Mbatu Bumiaji - Batu Malang
6_KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam - Sananrejo Turen

MOJOKERTO

1_Makam Troloyo Desa Sentono Rejo Kecamatan Trowulan Mojokerto,,Uraian selengkapnya TUNGGU di #Galeri_Para_Ulama_Kisah_Sejarah_Waliyullah

MOJOAGUNG

1_Sayyid Sulaiman Basyaiban

NGANJUK

1_Syaikh Kyai Ageng Aliman Muhyiddin Fatah- Ngliman Sawahan
2_Mbah Fatkhur Rohman - Poleng Brebek
3_Mbah Mahfud Khoiri - Ampel Ngliman
4_Mbah Nur Kholifah - Sitores Sawahan
5_Amir Mahmud - Ngliman
6_Sayyid Abu Khoiri - Patihan Rowo Sawahan
7_Kyai Mustajab - Grompol Prambon
8_Mbah Kyai Zaenuddin - Mojosari
9_Syaikh Sulukhi - Wilangan
10_Mbah Kyai Hakim - Sekar Putih

NGAWI

1_Syekh Maulana Muhammad Al-Misri -Gerih Kedungrejo I, Guyung, Ngawi
2_Syekh Maulana Sahid Al-Mukti - Gerih Kedungrejo I, Guyung, Ngawi
3_Syekh Maulana Sahid Al-Bakir - Gerih Kedungrejo I, Guyung, Ngawi
4_Syekh Maulana Al-Ngalawi - Gerih Kedungrejo I, Guyung, Ngawi
5_Syekh Maulana Ahmad Muhammad - Gerih Kedungrejo I, Guyung, Ngawi
6_KH. Muhammad Nursalim - Benteng Pendem Van Den Bosh

PACITAN

1_Mbah Mughofar - Manten

PALEMBANG

1_Habib Abdurrahman bin Husin bin Hasan Maula Taqoh (Al-Idrus) - Pemakaman Tanah Tengkurep
2_Habib Muhammad Bin Yusuf Al Angkawi - Pemakaman Tanah Tengkurep
3_Habib Myuhammad bin Ali AL Haddad (Datuk Murni Al Haddad) - Pemakaman Tanah Tengkurep
4_Al Habib Aqil bin Alwi - Pemakaman Tanah Tengkurep
5_Habib Abdullah bin Aqil Al Mandihij - Pemakaman Tanah Tengkurep
6_Hubabah Syai Nisa Binti Abdullah Al Mandihij - Pemakaman Tanah Tengkurep
7_Habib Muhammad bin Ahmad Al Habsyi - Pemakaman Tanah Tengkurep
8_Habib Ibrahim bin Zain bin Yahya - Pemakaman Kambang Koci
9_Raden Ayu Aisyah Binti Sultan Mahmud Badarruddin I - Pemakaman Kambang Koci
10_Habib Abdurrahman bin Hasan Al Habsyi - Pemakaman Kambang Koci
11_Habib Abdurrahman bin Hasan Al Aidarus- Pemakaman Kambang Koci
12_Habib Syech bin Hasan Al Aidarus (Kyai Geding) - Pemakaman Kambang Koci
13_Habib Syech bin Ahmad bin Shahabudin - Pemakaman Kambang Koci
14_Habib Alwi bin Ahmad Al Kaf - Pemakaman Kambang Koci
15_Habib Muhammad bin Abdurrahman Al Munawar - Pemakaman Kambang Koci
16_Habib Ali bin Abdurrahman Al Munawwar- Pemakaman Kambang Koci
17_Habib Abdullah bin Salim Al Kaf - Pemakaman Kambang Koci
18Habib Syech bin Alwi Al Kaf - Pemakaman Kambang Koci
19Habib Sulaiman bin Abdullah Al Khirid - Pemakaman Kambang Koci
20_Sayyid Umar bin Ali Al Junaid - Pemakaman Kambang Koci
21_Habib Abdullah bin Ali Al Kaf - Pemakaman Kambang Koci
22_Sayyid Ali (Mangku Kusobo) - Pemakaman Kambang Koci
23_Sayyid Al Allamah Abdurrahman (Jaya Wijaya) - Pemakaman Kambang Koci

PASURUAN

1_Mbah Abdul Hamid - Jl. Abdul Hamid Pasuruan Kota
2_Sayid Arif - Segoropuro
3_Habib Ja'far bin Syaikhon Assegaf - Pasuruan
4_Sayyid Sanusi - Pasuruan
5_Syaikh Hasan Bashri - Pasuruan

PATI

1_Syaikh Ahmad Mutamakin - Kajen Margoyoso
2_Syaikh Jangkung - Landoh Kayen
3_Sunan Prawoto - Sukolilo Prawoto
4_Mbah Kyai Ronggo Kusumo - Ngemplak Margoyoso
5_Kyai Ageng Giringan - Pundenrejo Tayu
6_Kyai Sholeh Amin - Tayu
7_Habib Alwy Ahmad Ba'alawy - Pungel
8_Habib Mahdum Al-Athos Pati
9_Habib Abdurrohman Ba'alawy - Banyutowo Dukuh Seti Pati

PEKALONGAN

1_Habib Ahmad - Sapuro Kota

PEMALANG

1_Mbah Haji Nur Asnawi - Muga Bating Walang Songo
2_Kyai Ahmad M. Abdulloh - Muga Bating Walang Songo

PONOROGO

1_Bethoro Katong - Ponorogo
2_Mbah Kyai Ageng Mohammad Hasan Besyari - Tegalsari Jetis
3_Mbah Hasan Anom - Jetis
4_Mbah Kyai Zarkasi - Gontor
5_Mbah Kyai Sahal - Gontor

PROBOLINGGO

1_Mbah Nur Hasan - Genggong

PURWODADI

1_Joko Tarub - Tarub Ngantru
2_Ki Ageng Selo - Selo Ngantru
3_Mbah Ganjur Siroyuddin - Nggubuk

PURWOKERTO

1_Syekh Mahdum Ali - Ranji Kebumen
2_Syekh Abdul Malik-Purwokerto

PURBALINGGA

1_Mbah Wali Perkasa di Desa Pekiringan, Kec. Karangmoncol

REMBANG

1_Mbah Imam - Setumbun Sarang
2_Sayid Hamzah - Nglapan Sedan
3_Mbah Imam - Setubun Sarang
4_Mbah Sambu Dekto - Lasem
5_Mbah Kyai Ma'sum - Lasem
6_Mbah Abdurrohman Basaiwan - Lasem

SEMARANG

1_Mbah Sholeh - Gunung Berguto
2_Sunan Katong - Kali Wungu Kendal
3_Mbah Musyafak - Kali Wungu Kendal
4_Mbah Sholeh Darat - Bergoto Pajang Kota Semarang

SERANG

1_Tabib Dawud - Warungkondang

SIDOARJO

1_KH. Ali Mas'ud (Gus Uet) - Pagerwojo
2_Mbah Muntoho bin Zarkasi - Krian
3_Dewi Sekardadu
4_Sayyid Ibrahim Al Jaelani (Mbah Jenggot) dan Mbah Bongoh - Bungurasih Dalam / Tengah, Waru
5_Sayyid Hasan Madinah (Putra Sayyid Arief Segoropuro, Keponakan Sayyid Sulaiman, saudara kandung dari Sayyid Ali Akbar) - Bohar, Sepanjang

SOLO

1_Kyai Syarif - Kedung Gudel Kenep
2_Mbah Hadi Wijoyo (Joko Tingkir) - Pajang
3_Ki Ageng Anis - Lawean
4_Haji Sirod - Pajang

SRAGEN

1_Pangeran Samodro - Gunung Kemukus Sumber Lawang

SUBANG

1_R. Wanayasa Manganti - Sukamandi Subang

SUMATRA

1_Syekh Burhanudin - Padang Panjang Pariaman Sumatra Barat
2_Syekh Ibrahim Al Khalidi - Kumpulan Bonjol Sumatra Barat

SUMENEP

1_Syaikh Yusuf - Raasa Kali Anget Tlangu
2_Joko Tole - Saasa Tlangu

SURABAYA

1_Sunan Ampel (Raden Rohmatulloh) - Ampel Semampir
2_Mbah Sonhaji - Ampel Semampir
3_Mbah Sholeh - Ampel Semampir
4_Sunan Bungkul - Darmo Wonokromo
5_Sayyid Mansyur - Pasar Turi
6_Kyai Djazuli bin Mursad - Pasar Turi
7_Abu Hasan - Menanggal
8_Maulana A. bin Karimah - Kembang Kuning
9_Sunan Boto Putih - Surabaya

SURAKARTA

1_Hadi Wijoyo - Pajang Lawean

TASIKMALAYA

1_Syekh Ahmad - Patroman Pangandaran
2_Mbah Abdul Muhyiddin - Saparwadi Pamijahan
3_Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh)
4_Syeikh Ahmad Sohibul Wafa Ta'jul Arifin (Abah Anom)

TEGAL

1_Raden Purabaya - Kramat

TRENGGALEK

1_Mbah Badowi - Gunung Cilik Durenan
2_Mbah Begawan Turesmi - Santren
3_Mbah Abd. Hamid - Ngantru
4_Mbah Mas'ut Barean - Panggul
5_Mbah Boedowi Hudoyono - Gunung Cilik Nggador
6_Mbah Yahudo - Nglorok Pacitan Trenggalek
7_Mbah Mesir - Semarum Durenan
8_Mbah Nur Muzdalifah - Santren
9_Mbah Nur Kholifah - Sumber Karangan
10_Kyai Ahmad Yunus - Gunung Cilik Kamulan

TUBAN

1_Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrohim)-Kutorejo Kota Tuban
2_Syaih Abdul Jabar - Nglirip Singgahan
3_Sunan Geseng - Gesing Semanding
4_Syaikh Ibrohim Asmoroqondi - Gesik Harjo Palang
5_Mbah Mahmudin As'ari - Bejagung Semanding
6_Mbah Abdul Jabbar - Nglirip Singgahan
7_Mbah Punjul - Nglepon Jatirogo

TULUNGAGUNG

1_Kyai Abd. Fatah Hasan Tholabi - Mk. Mangunsari
2_Mbah Noeryahman - Mk. Bakalan
3_Mbah Doel 'Adhim - Botoran
4_Mbah Manshur Tsani - Tawangsari
5_Kyai Moh. Syarif - Majan
6_Mbah Hasan Mimbar - Majan
7_Mbah Langkir - Winong
8_Mbah Khusen - Mk. Kedung Singkal
9_Mbah Hasan Ahmad Joyo Diningrat - Ngadirogo Sumber Gempol
10_Mbah Kyai Ageng Patmo Dilogo - Ngadirogo Sumber Gempol
11_Mbah Kyai Ageng Mohammad Mesir - Ngadirogo Sumber Gempol
12_Habib Ahmad bin Salim Al-Muhdhor - Sumber Gempol
13_Mbah Maddhali - Tawangsari
14_Mbah Abdul Aziz bin Taruno - Sumur Warak Ngunut
15_Mbah Sholeh Faruq / Mbah Wironadi - Ngunut
16_Mbah Basyaruddin - Kalangbret Srigading
17_Mbah Mansoer - Bancaan Mojosari Kalangbret
18_Kyai Abd. Hamid bin Ahmad - Sumput B. Rejo
19_Mbah Ghozali - Kauman Kalangbret
20_Mbah Mustaham - Bancaan Kalangbret
21_Imam Hambali bin Rohmad - Karangwaru
22_Mbah Kyai Mustaqim - Kauman
23_Mbah Hasan Mimbar - Kauman Karangbret
24_Sunan Kuning / Imam Hanafi / Zainal Abidin - Macan Bang Gondang
25_Mbah Abu Sujak - Cepean Sembung
26_Mbah Hasan Anom As'ari - Kali Turi
27_Mbah Jauhari Mahmud - Notorejo
28_Mbah Abdulloh Fatah (Surontani) - Tanggung Boyolangu
29_Mbah Mundir Madrawi - Campurdarat
30_Mbah Raden Fatah bin Qosim - Bedalem
31_Mbah Toermudi bin Munir - Bedalem
32_Mbah Abu Yusak bin Rokib - Bangunmulyo Pakel
33_KH. Dimyati - Campurdarat
34_Sayyid Mursad - Campurdarat
35_Guru Wali (Nurhidayatulloh) - Popoh
36_Mbah Mahmud bin Tohir - Bangunmulyo Pakel
37_Abu Hasan bin Rowi - Bangunmulyo Pakel
38_Syaikh Wahyuddin Baidlowi - Pojok Ngantru
39_Mbah Zarkasi bin Mahmud - Gadingan Sembung
40_Mbah Kurdi bin Hudoyono - Tanijayan Bolorejo
41_Mbah Maulana - Klampisan Gondang
42_Mbah Hasan Anom - Keboireng Besuki
43_Mbah Syarqowi / Mbah Witono - Ngujang Tulungagung
44_Mbah Santri Tulungagung

TAPANULI

1_Syekh Mahmud di Makam Papan Tinggi
2_Makam Mahligai Dengan 215 Makam
3_Makam Syaikh Abdul Gani Harahap
4_Makam Kramat Jiret Mertuah
Uraian selengkapnya Ziarah Makam Wali Di Tapanuli TUNGGU Kisah selanjutannya di #Galeri_Para_Ulama_Kisah_Sejarah_Waliyullah

YOGYAKARTA

1_Syeh Maulana Maghribi - Parangtritis Parangkusumo Bantul
2_Sutowijoyo (Pangeran Senopati) - Kota Gede
3_I.M Sujono (HB. Awal) - Imogiri
4_Mbah Jemadikubro - Gunung Dorgo Kali Urang
5_Sultan Agung - Imogiri
6_Syeikh Ahmad Al-Maghrobi - Jati Anom
7_Mbah Kyai Ashari - Lempuyangan
8_Mbah Kyai Munawir - Krapyak
9_Mbah Nuriman - Mlangi
10_Kyai Ahmad Dardiri - Lempuyangan

Para pembaca yang budiman, apabila masih ada ulama dan wali yang belum tercantum dalam daftar tersebut di atas, silahkan tambahkan dengan mengisi komentar.

Sebagian biografi perjalanan ulama dan wali (manakib) tersebut Versi GRUP

#Galeri_Para_Ulama_Kisah_Sejarah_Waliyullah





Kabupaten Cianjur

Letak dan Keadaan Alam
Cianjur adalah salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat. Daerah yang letaknya diantara Bogor dan Bandung ini dilalui oleh jalur lintas selatan yang menghubungkan antara ibukota negara (Jakarta) dan ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung). Secara astronomis letaknya antara 106°,42¢--107°,25¢ Bujur Timur dan 06°,21¢--07°,32¢ Lintang Selatan.

Daerahnya sebagian merupakan dataran tinggi dan sebagian lainnya dataran rendah. Dataran tingginya merupakan kaki Gunung Gede yang berketinggian kurang lebih 2.962 meter dari permukaan air laut. Sedangkan, dataran rendahnya berada di daerah selatan yang didominasi oleh persawahan. Ini pertanda bahwa sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani, baik itu buruh tani, petani penggarap maupun petani penggarap dan sekaligus pemilik. Sebagai catatan, sawah yang mereka garap tidak semuanya menggunakan sistem irigasi karena ada juga yang bergantung pada turunnya hujan (sawah tadah hujan). Sebelum musim penghujan biasanya sawah ini ditanami dengan tanaman palawija seperti: bawang merah, kacang tanah, dan kedelai. Jenis tanahnya yang sedemikian rupa dan cocok untuk jenis padi tertentu, khususnya pada sawah yang menggunakan sistem irigasi, pada gilirannya menghasilkan beras yang khas, yaitu beras cianjur.

Pada sawah yang menggunakan sistem irigasi, biasanya setelah padinya dituai, sawah tersebut segera dicangkul dan atau dibajak. Sebelum sawah ditanami dengan benih padi, ada juga yang memanfaatkan untuk memelihara ikan. Dan, ikan tersebut segera dipindahkan ke balong (kolam) ketika benih padi sudah siap untuk ditanam. Seminggu sebelum padi dituai, pemiliknya biasanya mengundang seorang dukun candoli atau wali puhun dan beberapa orang tetangga. Pengundangan tersebut bertujuan untuk memberitahukan kepada khalayak ramai bahwa si pemilik sawah akan melakukan penuaian padi. Dalam konteks ini sang candoli bertugas menentukan waktu yang tepat untuk menuai padi berdasarkan hari pasaran seperti: kliwon, manis, pon, dan wage. Setelah waktu yang ditetapkan tiba dan persyaratan penuaian telah tersedia, (sesajian) seperti: sawen, pucuk tanjeur, pucuk gantung, empos (kukus yang berkaki), nasi tumpeng beserta lauk pauknya, maka sang candoli pun mengucapkan mantra, kemudian menyemburkan air sirih ke empat penjuru angin. Setelah itu, ia pun memotong padi sebagai simbol bahwa penuaian sudah dapat dilaksanakan.

Cianjur tampaknya tidak hanya dikenal karena sebagian wilayahnya termasuk dalam “kawasan puncak” (bahkan “puncak pas” ada di wilayahnya) dan berasnya yang khas, tetapi juga bahasa Sundanya yang “murni” dan “halus” dan kesenian kecapi-suling-nya. “Kemurnian” dan “kehalusan” karena daerahnya termasuk dalam wilayah Priangan (Harsojo, 1999:307). Sedangkan, kecapi-suling-nya yang khas pada gilirannya membuat kesenian tersebut disebut sebagai kecapi-suling-cianjuran. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Harsojo (1999:308) mengatakan bahwa kecapi-suling-cianjuran, sesuai dengan namanya, berasal dari daerah Cianjur. Selain itu, ada satu hal lagi yang mengingatkan nama daerah ini, yaitu asinan-nya. Asinan yang cukup tersohor di daerah ini adalah yang berada di dekat persimpangan yang jika lurus akan menuju ke Sukabumi (dari Bandung) dan jika belok kanan menuju Bogor dan atau Jakarta.

Sosial-Budaya
Bahasa
Masyarakat Cianjur adalah pendukung kebudayaan Sunda. Dalam berkomunikasi mereka menggunakan.bahasa Sunda-Priangan yang menurut Harjoso lebih “murni” dan “halus” dibandingkan dengan bahasa Sunda-non-Priangan, seperti orang: Banten, Karawang, Bogor, dan Cirebon. Sayangnya Harsojo tidak menjelaskan secara rinci mengapa bisa demikian. Ia hanya menjelaskan bahwa adanya perbedaan “kemurnian” dan “kekurang-murnian” serta “kehalusan” dan “kekurangan-halusan” bahasa di kalangan orang Sunda barangkali sangat erat kaitannya dengan aspek sejarah. Di masa lalu misalnya, budaya Mataram-Islam pernah berpengaruh di daerah Priangan. Bahkan, pada abad ke-19 ada jalinan hubungan kekerabatan dan kebudayaan antara kaum bangsawan Sunda (khususnya di daerah Sumedang) dan kaum bangsawan di Surakarta dan Yogyakarta. Selain itu, ada kemungkinan bahwa iklim-iklim dan lingkungan alam memberikan pengaruh kepada aspek-aspek tertentu dari bahasa (Harsojo,1999:308). Ini artinya geografis merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi adanya perbedaan unsur-unsur budaya suatu masyarakat, walaupun masyarakat tersebut masih merupakan bagian dari masyarakat suatu sukubangsa.(Sunda). Kedua faktor itu (bahasa dan kebudayaan) yang kemudian menjadi jatidiri orang Sunda. Untuk itu, tidak berlebihan jika Ajip Rosidi dalam Ekadjati (1984) yang dikutip oleh Sucipto, dkk (2000) mengatakan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa yang disebut orang Sunda adalah mereka yang sehari-hari mempergunakan bahasa Sunda dan menjadi pendukung kebudayaan Sunda. Tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Sunda itu sendiri, termasuk budaya masyarakat Cianjur, tidak lepas dari adanya kontak-kontak dengan kebudayaan lain. Ini bermakna bahwa masyarakat Sunda terbuka. Dalam konteks ini masyarakat Sunda mudah sekali menerima (menyerap) unsur-unsur budaya lain, kemudian menjadikannya sebagai bagian dari budayanya.

Sistem Kekerabatan
Masyarakat Cianjur, sebagaimana masyarakat Sunda lainnya, dalam menentukan siapa-siapa yang termasuk dalam kerabatnya mengacu pada garis keturunan garis ayah dan ibu. Dengan perkataan lain, prinsip keturunan yang mereka anut adalah bilateral (kerabat tidak hanya didasarkan pada garis keturunan ayah seperti halnya masyarakat Batak dan atau ibu saja seperti halnya masyarakat Minangkabau, tetapi keduanya). Bentuk keluarga terpenting adalah keluarga-batih. Keluarga ini terdiri atas suami, isteri, dan anak-anak yang diperoleh dari perkawinan atau adopsi. Hubungan antaranggota keluarga-batih sangat erat karena merupakan tempat yang paling aman bagi anggotanya di tengah-tengah hubungan kerabat yang lebih besar dan di tengah-tengah masyarakat. Di dalam rumah tangga keluarga-batih itu juga sering terdapat anggota-anggota keluarga lain seperti ibu mertua atau keponakan (anak adik suami dan atau isteri). Selain keluarga-batih ada pula sekelompok kerabat sekitar keluarga-batih yang masih sadar akan hubungan kekerabatannya yang disebut sebagai golongan yang dalam ilmu antropologi disebut kindred (Harsojo, 1999:320). Masyarakat Sunda, termasuk masyarakat Cianjur, juga mengenal kelompok yang berupa ambilineal karena mencakup kerabat sekitar keluarga-batih seorang ego yang diorientasikan ke arah nenek moyang yang jauh di dalam masa lampau. Kelompok ini disebut bondoroyot (lihat Harsojo, 1999).

Sejalan dengan prinsip keturunannya yang bilateral maka istilah kekerabatannya juga mengarah ke sana. Dilihat dari sudut ego mereka mengenal istilah-istilah tujuh generasi ke atas dan ke bawah. Ketujuh generasi ke atas adalah: kolot, embah, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, dan gantung siwur. Sedangkan, ketujuh generasi ke bawah adalah: anak, incu, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, dan gantung siwur. Meskipun mereka mengenal tujuh generasi ke atas dan ke bawah, namun dewasa ini pada umumnya hanya dua generasi ke atas dan ke bawah yang dalam kehidupan sehari-hari masih berfungsi dalam hubungan kekerabatan. Sedangkan, generasi ketiga, baik ke atas maupun ke bawah hanya mempunyai tradisional dalam hubungan kekerabatan. Selain istilah-istilah yang ada kaitannya dengan generasi ada juga istilah-istilah yang digunakan untuk menyebut seorang ego dalam kaitannya dengan sistem kekerabatan, seperti: ayah dengan sebutan: apa, bapa, pa; ibu dengan sebutan: ema, ma; kakak laki-laki dengan sebutan: kakang, kaka, akang atau kang; kakak perempuan dengan sebutan: ceuceu, euceu, ceu; kakak laki-laki ayah atau ibu sebutan: uwa atau wa; adik laki-laki ayah atau ibu dengan sebutan: mamang, emang atau mang; dan adik perempuan ayah atau ibu dengan sebutan: bibi, ibi,embi atau bi.

Perkawinan
Keluarga dalam suatu masyarakat tidak hanya berfungsi sebagai kesatauan ekonomi, tetapi juga sosialisasi (pendidikan) dan meneruskan keturunan. Mengingat fungsinya yang demikian kompleks itu, maka pembentukan sebuah kelaurga mesti mengikuti adat-istiadat dan atau agama yang diacu oleh masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, sistem perkawinan nasyarakat sukubangsa yang satu dengan lainnya berbeda. Bahkan, dalam satu sukubangsa pun tidak sama persis karena faktor geografis (variasi geeografis). Ini bukan berarti bahwa sistem pekawinan yang dilakukan oleh masyarakat Cianjur secara keseluruhan berbeda dengan masyarakat Sunda lainnya. Dalam konteks ini proses perkawinan .yang dilakukan oleh masyarakat Cianjur hampir semua menunjukkan kesamaan dengan masyarakat Sunda lainnya, yaitu sebelum menentukan seseorang menjadi menantu, ada kegiatan penyelidikan yang dilakukan oleh kedua belah pihak (calon mertua). Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan menantu yang baik. Calon menantu yang baik adalah yang sesuai dengan ungkapan “Lampu nyiar jodo kudu kakapuna”. Artinya, kalau mencari jodoh harus kepada orang yang sesuai dalam segalanya, baik rupa, kekayaan, maupun keturunannya. Ungkapan lain yang ada kaitannya dengan pencarian seorang menantu adalah “Lamun nyiar jodo kudu kanu sawaja sabeusi”. Artinya, mencari jodoh itu harus mencari yang sesuai dan cocok dalam segala hal (Harsojo, 1999: 319). Jika dalam penyelidikan itu calon menantu sesuai dengan yang diinginkan, maka pihak orang tua pemuda melakukan neundeun omong (mengutarakan semacam keinginan untuk menjadikan yang bersangkutan sebagai calon menantu). Meskipun demikian, pengamatan dan atau penyelidikan tetap berjalan ke tahap nyeureuhan (pelamaran). Tahap selanjutnya adalah masing-masing pihak mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan upacara pernikahan. Setelah itu, orang tua laki-laki mengirim kabar kepada orang tua gadis mengenai seserahan. Seserahan itu sendiri biasanya dilakukan tiga hari sebelum upacara pernikahan. Setelah calon pengantin laki-laki diserahkan, pada prinsipnya segala sesuatu telah menjadi tanggungjawab orang tua perempuan. Satu hal yang mendapat perhatian orang banyak upacara pernikahan adalah ketika nyawer dan buka pintu karena disertai dengan dialog melalui bahasa puisi dan lagu. Dengan dilaluinya tahap demi tahap dalam proses perkawinan, maka terbentuklah sebuah keluarga.

Sistem Religi
Agama-agama besar yang ada di Indonesia, seperti: Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu, semuanya ada di daerah Cianjur. Namun demikian, agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Cianjur adalah agama Islam. Dan, mereka pada umumnya dapat dikategorikan sebagai santri (orang-orang yang patuh terhadap ajaran-ajaran Islam). Meskipun demikian, dalam kehidupan sehari-hari, bukan berarti bahwa mereka tidak lepas dari unsur-unsur non-Islam. Hal itu tercermin adanya kunjungan-kunjungan ke makam-makam suci sebagai tanda kaul atau untuk menyampaikan permohonan dan restu sebelum mengadakan sesuatu usaha, pesta atau perlawatan. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika Harsojo (1999) mengatakan bahwa kepercayaan kepada ceritera-ceritera mite dan ajaran-ajaran agama sering diliputi oleh kekuatan-kekuatan gaib. Upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran individu, atau yang berhubungan dengan kaul, atau mendirikan rumah, menanam padi, yang mengandung banyak unsur-unsur bukan Islam masih sering dilakukan. Semua itu terjadi karena batas antara unsur Islam dan bukan Islam sudah tidak disadari lagi. Unsur-unsur dari berbagai sumber itu sudah terintegrasikan menjadi satu dalam sistem kepercayaannya, dan telah ditanggapinya dengan emosi yang sama.

Aktivitas sistem religi (agama dan kepercayaan) yang paling nampak dalam kehidupan sehari-hari adalah pelaksanaan upacara. Dan, salah satu upacara yang menonjol adalah apa yang disebut sebagai slamatan. Untuk itu, tidak berlebihan jika Harsojo (1999) mengatakan bahwa upacara slamatan merupakan suatu upacara terpenting bagi masyarakat Sunda pada umumnya dan khususnya masyarakat Cianjur, terutama yang ada di pedesaan. Slamatan itu sendiri biasanya dilakukan pada hari Kamis malam (malam Jumat). Upacara ini biasanya dipimpin oleh modin seorang guru ngaji. Upacara yang diikuti oleh para tetangga ini diawali dengan mengucapkan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat yang sama. Isinya bergantung pada maksud pengadaannya. (pepeng)

                                                                                              Kampung Budaya Pandanwangi, Tempat Wisata dan Studi Budaya di Cianjur

CIANJURTODAY.COM – Kabupaten Cianjur dikenal dengan sebutan kota kecil penuh kenangan. Hal itu karena meski wlayah perkotaanya yang tak seluas kota- kota di sebelahnya. Namun luas keindahan alamnya lah yang sangat menghampar, di berbagai sudut daerah Kabupaten Cianjur ini.

Berbagai tempat- tempat hijau penyejuk mata tak sulit untuk kita temui, dengan sebagian besar tempatnyapun mudah dijangkau dan jaraknya tak begitu jauh dari pusat kota. Menjadikan kota ini tempat yang tepat untuk menghabiskan masa liburan atau bersantai memanjakan diri sendiri dari kesibukan sehari- hari.

Selain untuk merehatkan pikiran dari kesibukan sekolah, kerja, atau aktivitas rumah. Beraktivitas dan menikmati kegiatan ditempat yang terbuka dan sejuk sangat diperlukan, untuk memberikan energi baru dan kepuasan bagi diri.

Namun tidak sedikit orang memilih berlibur bukan hanya sekedar menghabiskan waktu luangnya dengan sia-sia dengan sensasi liburan biasa. Menikmati saat berlibur dan waktu luang dengan mencari dan merasakan hal baru, menjadi hal yang luar biasa dan harus dilakukan.

Maka di kota Cianjurlah tempat yang tepat untuk menikmati liburan dengan berbagai pilihan tempat wisata. Mulai dari tempat yang memiliki pemandangan dan oksigen terbaik, seperti Taman Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, dan berbagai tempat terkenal lainnya

Atau bahkan tempat bersejarang yang tidak asing lagi di telinga, yaitu Situs Megalitikum Gunung Padang sebagai bahan studi dan pengkajian yang patut dikunjungi.

Sumber foto:
Instagram/@irinealfira

Namun bagaimana dengan menikmati berlibur sambil mencari hal- hal baru? Maka ada suatu tempat yang tidak boleh terlewatkan untuk dikunjungi.

Dimana Kampung Pandanwangi?

Kampung Budaya Padi Pandanwangi merupakan tempat wisata sekaligus edukasi budaya, dengan mengankat kearifan lokal yang dimiliki Cianjur. Kota Beras, menjadi julukan utama bagi Kota Cianjur sebagai penghasil beras tersohor. Kampung Budaya Padi Pandanwangi terletak di jalan Jambudipa, Mekarwangi, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

Suber foto:
cianjur.pojoksatu.id

Berjarak tak jauh dari pusat kota Cianjur, dengan memerlukan waktu 20 menit menggunakan sepeda motor. Luas lahan sekitar 12 hektar yang mweupakan area pesawahan padi Pandanwangi. Sudah pasti menyuguhkan pemandangan hijau atau kemunung indah rekahan padi dan Gunung Pangrango.

Memanjakan diri dengan suasana dan udara sejuk kampung yang masih asri. Dikenal dengan istilah orang –orang sunda, “tiis ceuli herang panon” maksudnya ketenangan terdengar ditelinga dan kedamaian terlihat oleh mata. Sebenarnya cocok juga untuk menenangkan hati dan fikiran, dari rutinitas yang mungkin kadang terasa sangat melelahkan.

Spot Foto

Kampung Budaya Padi Pandanwangi menjadi tepat yang banyak diminati sebagai spot foto oleh para pengunjung, dan bisa disebut tempat yang instagramable untuk yang hobi suafoto.

Sepeti di wajah utama Kampung Budaya ini kita akan disuguhi pijakan tangga untuk menuju tujuh euit atau lumbung padi, dengan beberapa bangunan adat disampinya. Menjadi salah satu sport utama untuk selfie dengan latar yang begitu estetis. Atau tempat berjalan yang seolah seperti jembatan yang berbentuk melingkar yang memberikan kesan nampak begitu indah, dan berbagai sudut lainnya yang tak kalah menarik.

Sember foto:
Instagram/@gitarusdinar

Pembangunan Kampung Budaya ini merupakan salah satu bentuk cara pengenalan kearifan lokal yang dimiliki Cianjur, dengan memperkenalkan beras pandanwangi kepada orang- orang secara luas. Dengan begitu pula mampu mengenalkan Cianjur namun dengan menjunjung khas yang dimiliki.

Julukan Cianjur Kota Beras

Beras pandanwangi merupakan salah satu varietas padi bulu dengan nasi yang dihasilkannya beraroma pandan, sehingga memiliki nama beras Pandanwangi. Kini beras ini menjadi salah satu khas yang dimilki Cianjur, dan menjadi alasan bermulanya Cianjur dikenal sebagai Kota Beras.

Terdapat beberapa bangunan dengan arsitektur yang masih tradisional dengan khas Cianjur, salah satunya merupakan balai pertemuan bagi para petani untuk mendiskusikan berbagai persoalan pertanian.

Tujuh leuit atau lumbung menjadi keunikan dan hal yang memiliki khas bagi masyarakat Cianjur sendiri. Selain sebagai tempat penyimpanan padi, tujung lumbung ini menjadi objek bangunan arsitektur yang paling menonjol.

Ada Apa Saja di Kampung Pandanwangi?

Di Kampung Budaya Padi Pandanwangi ini para pengunjung bukan hanya menikmati pemandangan saja, namun bisa melihat bahkan terjun secara langsung untuk mengetahui proses pengolahan Padi Pandanwangi.

Mulai dari penanaman sampai memanen, menjadi pembelajaran bagi setiap pengunjung yang datang. bukan hanya itu adanya museum tani menjadi penambah daya tarik dan pengetahuan bagi pengunjung.

Berbagai alat- alat pertanian yang dipakai dalam pengolahan sawah Padi Pandan wangi, dipajang dengan begitu rapih. Menjadi salah satu cara yang tepat untuk terus menyimpan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang ada sehingga tetap bertahan dengan terus diabadikan. Salah satunya di museum tani ini. Karena dengan cara itulah masyarakat luar maupun dalam bisa terus mengenal dan mempertahankannya.

Selain itu, dalam menikmati liburan ditempat ini juga kita tidak perlu khawatir dengan pasilitas kepentingan umumnya, yang sebagian besar sudah terpenuhi. Mulai dari toilet dan masjidpun sudah tersedia, dan mambu dipergunakan dengan nyaman. Tak ada lagi alasan untuk tidak berkunjung dan menikmati Kampung Budaya Padi Pandanwangi ini.

Selain untuk berwisata kita juga bisa menambah wawasan pengetahuan kebudayaan. Jangan sampai kebudayaan yang kita miliki punah karena ketidak pedulian kita sendiri. Maka cobalah sering datangi tempat–tempat yang menyimpan sejarah kebudayaan sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan kita terhadap budaya. Salah satunya Kampung Budaya Padi Pandangwangi sebagai tempat wisata dan edukasi budaya yang wajib dikunjungi.(*)

Penulis: Siti Nurlela