Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks
Kuriling Kincir

ARIA WANGSAKARA TANGERANG - BANTEN
_Imam Kesultanan Banten, Ulama-Pejuang Anti Kolonialisme (1615-1681)_
-------------------------------------------------------------------

Raden Aria Wangsakara lahir di sumedang sekitar tahun 1615 dari pasangan Pangeran Wiraraja I dan Nyi Mas Cipta Putri. Pada awal tahun 1636 diutus ke Mekkah oleh Sultan Banten saat itu, Sultan Abul Mafakhir untuk memohon legitimasi kagamaan bagi Sultan Banten, dan menyalin sejumlah kitab-kitab terutama dalam bidang Tasauf dan mempelajari di bawah bimbingan sejumlah ulama Mekkah. Peran menonjol Raden Aria Wangsakara dalam misi ini adalah ia berhasil menyalin kitab-kitab tasauf, Insan Kamil karya Syeikh Abdul Karim Al-Jilli dan menterjemahkannya ke bahasa Jawa-Banten dan sejumlah kitab pelajaran Islam lainnya.
Raden Aria Wangsakara diberi mandat oleh Sultan Ageng Tirtayasa untuk memimpin peperangan melawan VOC Mei 1658 - Juli 1659. Bahu membahu dengan Raden Senapati Banten, ia melakukan koordinasi seluruh kekuatan perang dan logistik dalam menghadapi pasukan Kompeni di Tabgerang. Ratusan orang meninggal dunia, sebagian besar mereka memiliki anak dan istri, yang tentu perlu dipikirkan masibnya pasca kematian suami mereka. Raden Aria Wangsakara kemudian membentuk sebuah taskforce, semacam kelompok kerja untuk meregistrasi jumlah yatim dan janda, dan kemudian memberikan santunan kepada mereka secara rutin.

Raden Aria Wangsakara atau Pangeran
Aria Wangsaraja atau Pangeran Aria, beristrikan 3 orang istri ;
1. Nyi Mas Nurmala/Nyi Sara, adlh putri Aria Singa Prabangsa Bupati Karawang pertama yang pro Mataram.
Dari pernikahan dgn Nyi Mas Nurmala/Nyi Sara di karuniai 2 orang putra ; Raden Yudanegara dan Raden Raksanegara.

2. Nyi Ratu Maemunah putri bangsawan banten Kiyai Tubagus Idham dan memiliki 1 orang putra bernama Raden Wiranegara.

3. Nyi Ratu Zakiyah putri dari Ratu Salamah (anak perempuan Sultan Banten Abuĺ Mafakhir), dari hasil pernikahannya di karunia 4 anak perempuan ; Nyi Ratu Ratna Sukaesih, Nyi Ratu Wira Sukaesih, Nyi Ratu Sukaedah dan Nyi Ratu Kara Supadmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar